Belut merupakan salah satu komoditas budidaya yang memiliki potensi besar dalam industri perikanan. Dikenal dengan cita rasa yang lezat dan nilai gizinya yang tinggi, belut telah menjadi pilihan yang populer bagi para petani ikan.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan akan pasokan belut yang berkualitas, pemahaman yang mendalam tentang proses budidaya belut dari bibit hingga siap panen sangatlah penting. Dalam artikel ini, admin akan menjelaskan secara detail langkah-langkah yang diperlukan untuk sukses dalam budidaya belut, mulai dari pemilihan bibit hingga proses panen yang optimal.
Syarat Budidaya Belut
Budidaya belut bisa dikatakan relatif mudah jika kamu menguasai cara dan teknik yang tepat dalam melakukan ternaknya.
- Kondisi Geografis :
Budidaya belut tidak terlalu tergantung pada kondisi geografis tertentu karena belut dapat hidup dalam kelembaban dan curah hujan yang cukup beragam. - Kualitas Air :
Penting untuk memperhatikan kualitas air yang digunakan dalam budidaya belut. Pastikan air bersih dan tidak terkontaminasi oleh zat-zat yang berbahaya bagi belut. - Suhu Udara :
Suhu udara yang ideal untuk budidaya belut berkisar antara 25-31 derajat Celsius.
Bahan yang Diperlukan dalam Memelihara Belut
- Tanah Lumpur :
Lumpur merupakan lingkungan ideal bagi keberlangsungan hidup belut. Fungsinya tidak hanya sebagai penahan suhu udara agar tidak terlalu panas, tetapi juga memberikan kondisi yang nyaman bagi belut. Pilihlah tanah lumpur yang tidak terlalu lengket dan ulet untuk memudahkan belut dalam membuat lubang. - Humus :
Humus adalah bahan organik utama dalam budidaya belut. Biasanya berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang telah mengalami proses pembusukan alami oleh mikroorganisme. Humus memberikan nutrisi tambahan yang penting bagi perkembangan belut. - Pupuk Kompos :
Pupuk kompos sangat membantu dalam proses perkembangbiakan belut di media budidaya. kamu dapat membuat pupuk kompos dari berbagai sisa organik, seperti dedaunan, jerami, atau kotoran hewan, yang telah diolah melalui proses pelapukan. - Jerami :
Jerami adalah batang padi yang sudah kering dan dapat digunakan sebagai bahan organik untuk menyuburkan media budidaya belut. Belut akan merasa hangat dan terlindungi dalam media yang diberi jerami. - Sekam Padi :
Sekam padi merupakan kulit dari biji padi yang sudah diolah. Meskipun merupakan limbah, sekam padi dapat digunakan sebagai media budidaya belut setelah melalui proses pengolahan. - Dedak :
Dedak adalah limbah kulit padi yang diolah menjadi serbuk halus. Ini juga dapat digunakan sebagai bahan media budidaya belut. - Pelepah Pisang :
Pelepah pisang yang telah matang dapat digunakan sebagai media budidaya belut setelah proses pemeraman selama 1 minggu. Pelepah pisang kering juga berguna sebagai bahan organik dalam media pemeliharaan. - Ampas dan Limbah Cair Tahu :
Ampas tahu dan limbah cair tahu dapat digunakan sebagai pakan tambahan untuk belut dan juga sebagai media tambahan dalam kolam budidaya belut. - Ampas Kelapa :
Pemberian ampas kelapa pada kolam dapat merangsang pertumbuhan berbagai jenis mikroorganisme yang menjadi makanan alami belut. - Air :
Air sangat penting dalam pemeliharaan belut karena berperan dalam mengatur kelembaban dan suhu udara di dalam media budidaya. - Limbah Rumah Tangga :
Jenis limbah rumah tangga organik, seperti sisa makanan, dapat dijadikan media untuk menarik belatung yang menjadi makanan alami bagi belut. - Biotanah :
Biotanah digunakan untuk mempercepat proses fermentasi bahan media dalam budidaya belut. - Tanaman Air :
Tanaman air seperti padi, kangkung air, dan eceng gondok dapat digunakan sebagai perlindungan alami bagi belut dari sinar matahari yang berlebihan.
Dengan memanfaatkan berbagai bahan ini dengan bijaksana, kamu dapat menciptakan lingkungan yang ideal untuk memelihara belut secara optimal.
Cara Memelihara Belut dari Bibit
1. Pemeliharaan Belut dalam Kolam
Kolam yang digunakan khusus untuk memelihara belut bisa disesuaikan dengan kebutuhan kamu. Misalnya, jika kamu memiliki lahan yang luas, kamu dapat membuat kolam dengan ukuran yang besar.
Dalam budidaya belut, terdapat dua tipe kolam yang umum digunakan:
- Kolam Permanen :
Kolam permanen adalah kolam yang dibangun secara tetap tanpa perubahan besar. Tipe kolam ini biasanya memiliki daya tahan yang lebih baik dibandingkan dengan kolam semi permanen. Contoh kolam permanen antara lain kolam tembok dan kolam sawah. - Kolam Semi Permanen :
Kolam semi permanen adalah kolam yang dapat dipindahkan posisinya. Tipe kolam ini cenderung lebih rentan terhadap kebocoran dan memiliki daya tahan yang lebih rendah dibandingkan dengan kolam permanen. Contoh kolam semi permanen meliputi kolam terpal, kolam jaring, dan kolam drum/tong.
Kolam semi permanen sering digunakan bagi mereka yang memiliki lahan terbatas karena lebih praktis dan efisien dalam penggunaannya.
2. Pemeliharaan Belut di Kolam Pemijahan
Pemijahan merupakan proses kunci dalam budidaya belut, di mana telur dan sperma dilepaskan untuk pembuahan. Proses ini memerlukan kolam khusus yang dirancang untuk memfasilitasi pemijahan belut.
Dalam pembuatan kolam pemijahan, kolam tembok merupakan pilihan yang umum digunakan. Kolam ini harus dibuat secara permanen untuk memastikan kestabilan struktur. Ukuran kolam yang ideal untuk pemijahan belut biasanya berkisar antara 10-20 m².
Langkah-langkah dalam pembuatan kolam atau media untuk proses pemijahan belut meliputi:
- Persiapan Lumpur:
Sedikitnya 80% tinggi kolam harus diisi dengan lumpur. Campurkan kompos ke dalam lumpur secara merata. - Pengisian Air:
Isilah kolam dengan air hingga kedalaman mencapai 20 cm. Pupuk kandang juga dapat ditambahkan ke dalam kolam untuk memberikan nutrisi tambahan. - Proses Pematangan:
Biarkan campuran lumpur, kompos, dan air diam selama minimal 7 hari untuk memungkinkan terjadinya proses pematangan. Pada tahap ini, jentik-jentik, jasad renik, plankton, dan kutu air akan berkembang dalam media. - Penaburan Benih:
Setelah media matang, taburkan benih belut ke dalam kolam dengan merata. Disarankan untuk melakukan penaburan pada pagi atau sore hari untuk menghindari stres pada benih akibat panas matahari.
Dengan mengikuti langkah-langkah tersebut, kamu dapat menciptakan kondisi yang optimal untuk pemijahan belut dalam kolam pemijahan.
3. Pemeliharaan Belut di Kolam Pembesaran
Setelah tahap pemijahan selesai dan benih atau bibit belut telah diperkenalkan ke dalam kolam, langkah selanjutnya adalah menyiapkan kolam pembesaran.
Terdapat dua tahap utama dalam proses pemeliharaan belut di kolam pembesaran:
- Kolam Pembesaran I
Kolam ini digunakan untuk memelihara belut dengan ukuran awal sekitar 5-8 cm. Biasanya, belut akan dipelihara di kolam ini selama kurang lebih 3 bulan hingga mencapai ukuran sekitar 15-20 cm. - Kolam Pembesaran II
Kolam ini ditujukan untuk memelihara belut yang telah mencapai ukuran 15-20 cm. Pemeliharaan belut di kolam ini berlangsung selama kurang lebih 3 bulan lagi, hingga belut mencapai ukuran sekitar 30-40 cm.
Dengan membagi proses pemeliharaan belut menjadi dua tahap ini, kamu dapat mengatur lingkungan kolam secara lebih efisien sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan belut.
4. Pemeliharaan Belut di Kolam Penampungan
Kolam penampungan merupakan fasilitas yang umumnya digunakan untuk menampung belut yang telah mencapai ukuran besar dan siap untuk dipasarkan. Ukuran kolam penampungan biasanya sekitar 500 cm x 500 cm dengan kedalaman sekitar 120 cm.
Fungsi utama dari kolam penampungan adalah untuk memberikan tempat yang aman bagi belut selama dalam perjalanan menuju lokasi pemasaran. Dengan demikian, kolam penampungan membantu mengurangi stres yang mungkin dialami oleh belut selama proses transportasi.
Dengan memanfaatkan kolam penampungan dengan baik, kamu dapat menjaga kualitas belut dan memastikan bahwa mereka tetap segar dan sehat saat tiba di pasar.
5. Pemeliharaan Belut dalam Tong/Drum
Bagi mereka yang memiliki lahan terbatas untuk budidaya belut, media seperti tong/drum dapat dimanfaatkan, sehingga membutuhkan sedikit lahan. Namun, salah satu kelemahan dari media ini adalah suhu udara yang cenderung panas karena kondisi drum yang tertutup.
Terdapat dua jenis drum yang umum digunakan, masing-masing dengan kelebihan dan kekurangannya. Drum plastik memiliki umur yang lebih panjang dibandingkan dengan drum seng karena tahan terhadap korosi yang dapat membuatnya bocor.
6. Pemeliharaan Belut di Kolam Tembok
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk memelihara belut dalam kolam tembok:
- Kolam dapat dibangun di permukaan tanah dengan dasar kolam sejajar dengan tanah.
- Kolam juga dapat dibuat dengan cara membuat lubang di tanah, sehingga dinding kolam terletak beberapa centimeter di atas permukaan tanah tempat belut dipelihara.
Bahan utama untuk membuat kolam tembok dapat berupa batu kali, batu bata, atau batako yang disatukan dengan campuran semen dan pasir.
7. Pemeliharaan Belut di Kolam Terpal
Saat akan membuat kolam terpal untuk budidaya belut, terdapat dua metode yang dapat digunakan:
- Kolam terpal dapat disambungkan dengan bambu atau pipa ledeng.
- Kolam terpal juga dapat dibuat dengan membuat lubang di tanah dengan kedalaman 0,5-0,75 m atau sesuai kebutuhan. Setelah itu, lubang kolam dilapisi dengan terpal sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.
Memelihara Belut Setelah Perkembangbiakan dan Penetasan
Pemeliharaan belut, terutama bibit yang dipilih sebagai induk, merupakan tahap krusial untuk memastikan keturunan yang sehat dan tidak rentan terhadap kematian dini.
Perkawinan belut terjadi saat induk jantan mendekati induk betina secara beramai-ramai di sekitar tepi sawah atau kolam dangkal, membentuk lubang perkawinan menyerupai huruf U. Setelah induk betina mendekati, perkawinan pun terjadi, dan telur-telur yang dibuahi akan disimpan di bawah busa yang mengapung di permukaan air.
Induk betina bertanggung jawab atas penjagaan telur, menyemprotkannya dan menyimpannya di tempat persembunyian yang aman. Telur-telur yang dijaga oleh induk jantan akan menetas dalam 8-10 hari, tetapi jika dipelihara di kolam pemijahan, masa penetasan bisa memakan waktu 12-14 hari.
Anak belut menetas dengan warna kuning yang berubah menjadi coklat muda seiring waktu. Selama dua minggu pertama, mereka tetap di bawah pengawasan induk jantan. Setelah usia 15 hari, mereka sudah mampu berenang dan mencari makanan sendiri.
Memahami dan melaksanakan proses pemeliharaan setelah masa perkembangbiakan dan penetasan belut dengan baik sangat penting untuk memastikan kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang optimal bagi keturunan belut kamu.
Penutup
Budidaya belut merupakan bisnis yang menjanjikan dengan potensi keuntungan yang tinggi. Dengan pemahaman yang baik tentang cara budidaya belut dari bibit hingga siap panen, kamu dapat mengoptimalkan hasil panen dan meningkatkan produktivitas budidaya kamu.
Lakukan proses budidaya dengan teliti dan konsisten, dan jadikan budidaya belut sebagai sumber pendapatan yang stabil dan berkelanjutan.