Jagung merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting di Indonesia. Proses penanganan panen dan pasca panen jagung memegang peran krusial dalam meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan.
Dengan penanganan yang tepat, baik dari segi pemanenan hingga penyimpanan, mutu jagung dapat terjaga sehingga memenuhi standar untuk berbagai kebutuhan, mulai dari bahan pangan hingga industri.
Kali ini admin akan menjelaskan langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam proses panen dan pasca panen jagung, agar dapat meningkatkan nilai jual dan memperpanjang masa simpan produk.
Kapan Masa Panen Jagung?
1. Jagung untuk Sayuran (Baby Corn)
Kalau kamu nanem baby corn alias jagung muda yang biasa dipakai buat sayur, panennya jangan sampai kelamaan, ya! Soalnya, baby corn itu harus dipanen sebelum bijinya terisi penuh.
Nah, pas paling oke buat memanennya adalah ketika diameter tongkolnya masih kecil, sekitar 1-2 cm. Kalau udah lewat dari itu, nggak bakal dapet tekstur renyah khas baby corn lagi, deh!
Makanya, jangan sampai nunggu terlalu lama, karena baby corn yang terlalu matang udah tidak cocok buat dijadiin sayuran.
2. Jagung untuk Dibakar atau Direbus
Jagung bakar atau jagung rebus nih, pasti favorit banget, kan? Nah, buat jagung yang bakal kamu bakar atau rebus, masa panennya agak beda.
Kamu perlu panen ketika jagung dalam kondisi ‘matang susu’. Artinya, biji jagung udah terisi, tapi belum terlalu keras. Ciri-ciri jagung siap panen buat dibakar atau direbus ini bisa dilihat dari kelobot yang masih berwarna hijau dan kalau bijinya dipijit, bakal keluar cairan putih mirip susu.
Jangan sampai telat panen, ya, soalnya kalau udah kelewat matang, biji jagung bakal keras dan tidak enak lagi buat dikonsumsi dengan cara direbus atau dibakar.
3. Jagung untuk Makanan Pokok, Pakan Ternak, dan Keperluan Lainnya
Kalau jagung kamu bakal dipakai buat bahan pangan pokok, pakan ternak, atau diolah jadi produk lain seperti tepung, panennya harus nunggu sampai jagung matang fisiologis.
Apa itu? Matang fisiologis berarti jagung udah mencapai tahap maksimal pertumbuhannya. Tanda-tandanya, daun dan kelobot udah mulai menguning, dan kalau kamu coba lepas biji jagung dari tongkolnya, bakal keliatan ada lapisan hitam di bagian tangkai bijinya.
Kondisi ini menandakan kalau biji jagung udah siap dipanen dan punya kadar air yang lebih rendah, cocok buat diolah lebih lanjut atau disimpan dalam waktu yang lebih lama.
Oh iya, satu lagi, kalau kamu pencet bijinya, nggak bakal ninggalin bekas. Artinya, biji jagung udah cukup keras dan kering. Penting banget kalau jagungnya mau dijadikan benih atau diolah jadi tepung, karena kualitas biji yang dipanen di waktu yang tepat bakal mempengaruhi hasil akhirnya.
4. Jagung untuk Bahan Baku Industri
Nah, khusus buat kamu yang nanem jagung buat keperluan industri, seperti pembuatan pakan atau produk olahan lainnya, masa panennya juga tidak sembarangan, lho! Biasanya jagung industri dipanen pada umur sekitar 86-96 hari setelah tanam.
Pada saat ini, tongkol dan kelobot jagung udah mulai mengering, dan ada tanda khasnya, yaitu lapisan hitam pada biji di bagian lembaga. Selain itu, biji jagung udah kering, keras, dan terlihat mengkilap.
Kalau ditekan, nggak ada bekas yang tertinggal. Ini berarti jagung udah siap dipanen dan dijadikan bahan baku untuk berbagai produk.
Cara Pemanenan Jagung
Kalau sudah sampai tahap panen, berarti perjalanan si jagung dari bibit sampai siap dipetik sudah hampir selesai nih. Tapi jangan asal panen, ya. Ada beberapa cara yang perlu diperhatikan biar jagungnya tetap berkualitas.
Untuk jagung yang sudah matang fisiologis—artinya sudah benar-benar siap panen secara alami—kamu bisa memanen dengan cara memutar tongkol jagung beserta kelobotnya sampai lepas dari batangnya. Ini cara paling umum dan simpel banget, lho.
Ada juga metode lain, yaitu dengan mematahkan tangkai jagung langsung. Cara ini juga efektif, terutama kalau kamu mau cepat selesai.
Nah, kalau kebetulan lahan jagung kamu luas banget dan topografinya rata, tidak usah capek-capek manual, kamu bisa manfaatin mesin pemetikan jagung otomatis. Mesin ini super membantu buat mempercepat proses panen, apalagi kalau jumlah jagung yang dipanen sangat banyak. Hemat waktu dan tenaga, deh!
Tapi perlu dicatat, ya, sebaiknya panen dilakukan ketika kondisi cuaca mendukung. Jagung yang dipanen saat hujan bisa membuat bijinya lembap dan berpotensi terkena jamur.
Jadi, kalau bisa, lakukan panen di hari yang cerah untuk hasil yang optimal.
Penanganan Pasca Panen Jagung
Ada beberapa tahapan pasca panen yang tidak kalah penting dan harus dilalui supaya jagung siap dipasarkan atau disimpan dalam kondisi terbaik. Berikut beberapa tahap yang harus kamu perhatikan..
1. Pengupasan
Setelah dipanen, jagung biasanya dikupas untuk menghilangkan kelobot (kulit pembungkus tongkol). Bisa dilakukan ketika jagung masih nempel di batang atau setelah dipetik.
Tujuannya, selain biar lebih rapi, juga buat menurunkan kadar air yang ada di dalam tongkol dan di sekitar biji jagung. Dengan pengupasan yang tepat, kamu bisa menghindari kerusakan biji dan mencegah pertumbuhan jamur.
Nggak cuma itu, dengan kelobot yang udah dikupas, jagung juga lebih gampang diangkut dan dijemur nantinya. Praktis, kan?
2. Pengeringan
Setelah jagung dikupas, langkah berikutnya adalah pengeringan. Proses ini penting banget karena kita mau mengurangi kadar air di dalam biji jagung biar tidak lembap dan tahan lama.
Pengeringan ini bisa dilakukan dengan dua cara: alami dan buatan.
Kalau kamu memilih cara alami, kamu bisa jemur jagung di bawah sinar matahari. Biasanya, butuh waktu sekitar 7-8 hari sampai kadar airnya turun ke level yang aman, sekitar 9-11%.
Jagung bisa dijemur langsung di lantai yang sudah dialasi anyaman bambu atau diikat dan digantung. Tapi, metode ini memang sangat bergantung pada cuaca.
Kalau cuaca mendukung, jemurannya bisa cepat kering, tapi kalau mendung atau hujan, ya siap-siap aja jadi lebih lama.
Alternatif lain, kamu bisa pakai mesin pengering. Ini solusi yang tepat kalau musim hujan tiba. Dengan mesin pengering, suhu bisa diatur sekitar 38-43°C, dan proses pengeringan jadi lebih cepat dan efisien.
Kadar air jagung bisa turun ke 12-13%, cukup aman untuk disimpan dalam jangka waktu yang lebih lama.
3. Pemipilan
Setelah jagung kering, saatnya masuk ke tahap pemipilan. Di sini, kita akan memisahkan biji jagung dari tongkolnya. Kalau produksi jagungmu tidak terlalu banyak, bisa aja dilakukan secara manual, pakai tangan kosong.
Tapi, kalau jumlahnya lumayan banyak, lebih baik pakai alat pemipil jagung. Alat ini bisa mempercepat prosesnya dan membuat hasilnya lebih rapi.
Prinsipnya, sama seperti merontokkan gabah pada padi—tujuannya memisahkan biji-biji jagung dari tempat melekatnya.
4. Penyortiran dan Penggolongan
Nah, setelah biji jagung berhasil dipisahkan, jangan lupa dilakukan penyortiran. Biji-biji jagung yang sudah dipipil pasti ada yang kotor atau ukurannya tidak sesuai.
Makanya, kamu perlu membersihkan sisa tongkol, biji yang kecil-kecil, biji yang pecah, biji hampa, dan juga kotoran lain yang terbawa waktu pemetikan atau pengupasan.
Proses penyortiran ini tidak cuma buat menjaga kualitas, tapi juga buat mencegah serangan jamur atau hama saat jagung disimpan. Apalagi kalau biji jagung mau dijadikan benih, kamu harus pastikan ukurannya seragam, terutama kalau nanti bakal ditanam pakai mesin.
Semakin seragam ukuran bijinya, makin efisien juga proses penanamannya.
Penutup
Proses panen dan pasca panen jagung yang dilakukan dengan tepat dan efisien sangat penting untuk menjaga mutu produk. Setiap langkah, mulai dari pemanenan, pengupasan, pengeringan, hingga penyimpanan, memiliki peran krusial dalam menghasilkan biji jagung yang berkualitas tinggi.
Dengan memperhatikan setiap tahap secara seksama, nilai jual jagung dapat meningkat dan kualitasnya tetap terjaga, baik untuk kebutuhan pangan, industri, maupun pakan ternak.