Cara Bertani di Lahan Miring menggunakan Metode SALT

Pernah liat pertanian di lahan yang miring? Indah banget ya, begitu rapi tertata..

Tapi tau gak, menata lahan miring gak semudah yang dilihat, apalagi kalau tujuannya untuk bercocok tanam. Tantangan ini makin besar kalau kita nggak tahu teknik yang tepat buat menjaga kesuburan tanah sekaligus mencegah erosi.

Salah satu solusi jitu yang digunakan adalah metode SALT atau Sloping Agriculture Land Technology. Metode ini dirancang khusus untuk mengelola lahan miring dengan pendekatan yang ramah lingkungan, efisien, dan tentunya cocok banget untuk kondisi geografis Indonesia yang punya banyak perbukitan.

Dengan metode SALT, lahan yang tadinya rawan longsor atau tandus bisa diubah jadi area pertanian yang produktif dan tetap menjaga kelestarian alam. Penasaran kan gimana prosesnya?

Karena itu, simak terus penjelasan admin tentang cara menggunakan metode SALT hingga membentuk membuat garis lintasan yang presisi dan tahan erosi.

Apa Itu Metode SALT?

Sebelum masuk ke langkah-langkahnya, ada baiknya sekilas kita tau dulu apa itu metode SALT. Intinya, metode ini adalah teknik konservasi tanah yang menggabungkan pembuatan terasering dengan tanaman pelindung untuk menahan erosi.

Tanaman yang digunakan biasanya adalah jenis leguminosa yang punya kemampuan mengikat nitrogen, seperti Gliricidia sepium atau Calliandra calothyrsus. Dengan cara ini, bukan cuma tanah jadi lebih subur, tapi tanaman utama juga bisa tumbuh lebih baik.

Teknik Menata Lahan Miring Metode SALT

Langkah 1: Membuat Alat Kerja (Frame A)

Sebelum mulai, kita perlu alat sederhana yang disebut Frame A. Alat ini berfungsi sebagai pemandu garis lintasan di lahan miring.

Kabar baiknya, kamu bisa bikin alat ini sendiri lho, caranya..

Siapkan bahan-bahan

Pilih tongkat kayu atau bambu yang kuat tapi nggak terlalu besar, kamu butuh:

  • 2 batang kayu atau bambu panjang 1,5 meter (untuk kaki penopang)
  • 1 batang kayu atau bambu panjang 0,5 meter (untuk palang tengah)
Cara Merakit Frame A

Satukan salah satu ujung kedua tongkat panjang dengan cara diikat atau dipaku. Bagian ini akan jadi puncak Frame A.

Bentangkan ujung lainnya ke tanah, atur jaraknya sekitar 1 meter sehingga membentuk segitiga.
Pasang tongkat pendek (0,5 meter) di bagian tengah segitiga sebagai palang penguat.

Pastikan semua sambungan diikat atau dipaku dengan kuat. Setelah Frame A jadi, lanjut ke langkah berikutnya.

Langkah 2: Membuat Garis Lintasan

Setelah alat diatas siap, saatnya kita mulai bikin garis lintasan. Proses ini penting banget karena garis lintasan bakal jadi panduan utama buat pembagian lahan.

Berikut langkah demi langkah yang perlu kamu perhatikan..

a. Menemukan Titik-Titik Lintasan

Untuk langkah ini, idealnya kamu perlu satu orang lagi. Satu orang memegang Frame A, sementara yang lain menancapkan patok di setiap titik lintasan.

Berikut langkah-langkahnya:

  1. Siapkan patok
    Potong kayu atau bambu sepanjang 30 cm untuk dijadikan patok. Jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan luas lahan yang mau ditata.
  2. Bersihkan lahan
    Pastikan area lahan bebas dari semak atau rintangan yang bisa mengganggu proses penandaan.
  3. Tentukan titik awal
    Mulailah dari bagian lahan yang paling tinggi. Letakkan salah satu kaki Frame A (kita sebut “kaki belakang”) di atas tanah, lalu cari posisi untuk kaki depan di permukaan tanah yang tingginya sama.

Untuk memastikan kedua kaki Frame A ada di ketinggian yang sama, gunakan benang dengan pendulum. Ikatkan benang di puncak Frame A, lalu tambahkan pendulum (misalnya paku atau benda kecil).

Kalau benangnya membagi Frame A jadi dua bagian sama besar, berarti kedua kaki ada di ketinggian yang sama. Alternatifnya, kamu bisa pakai water pass untuk memeriksa tingkat ketinggian.

  1. Tandai titik lintasan
    Setelah posisi seimbang, tancapkan patok di bagian kaki belakang Frame A. Lalu, putar Frame A (jangan diangkat), gunakan kaki depan sebagai poros.
    Cari posisi baru untuk kaki belakang di ketinggian yang sama. Tandai lagi dengan patok, ulangi langkah ini sampai seluruh lintasan selesai.
b. Menentukan Garis Lintasan

Setelah semua titik lintasan diberi tanda, sambungkan patok-patok tersebut dengan tali atau benang untuk membuat garis lintasan. Garis ini nantinya akan jadi panduan utama untuk pengolahan tanah.

c. Menentukan Jarak Antar Garis Lintasan

Bagian penting, jarak antar lintasan harus pas supaya lahan nggak gampang erosi, tapi tetap optimal untuk bercocok tanam. Ada dua patokan jarak yang bisa kamu gunakan..

  1. Jarak Vertikal
    Jarak antara garis lintasan yang satu dengan yang lain secara vertikal nggak boleh lebih dari 1 meter. Kalau kemiringannya curam, buat jarak lebih pendek untuk meminimalkan risiko erosi.
  2. Jarak Horizontal
    Untuk lahan yang lebih landai, jarak antar garis lintasan secara horizontal maksimal 5 meter. Dengan cara ini, kesuburan tanah tetap terjaga, dan lahan jadi lebih efisien.

Langkah 3: Menyiapkan Garis Lintasan

Setelah selesai membuat garis lintasan, saatnya mulai mengolah tanah. Karena tanah di antara garis-garis lintasan harus dipersiapkan agar siap ditanami.

Pengolahan tanah bisa dilakukan dengan alat bajak atau cangkul. Tekniknya sederhana, kamu hanya perlu mengikuti alur garis lintasan yang sudah dibuat sebelumnya, mulai dari ujung atas hingga ujung bawah lahan.

Lebar setiap jalur bajakan idealnya sekitar 1 meter ya. Jangan lupa, patok atau pancang yang sudah dipasang sebelumnya akan jadi panduan saat kamu membajak tanah.

Kalau ada bagian kecil yang nggak terbajak, tak perlu dipaksakan. Bagian ini justru berguna untuk mencegah erosi dan akan dijadikan tempat untuk tanaman penyeling nantinya.

Hasilnya, garis-garis lintasan yang sudah dibuat akan membentuk pola bedengan atau terasering. Pola ini sangat efektif untuk mengurangi risiko erosi dan tanah longsor karena mengikuti kontur asli lahan.

Jadi, meskipun tanah diolah, kestabilan lereng tetap terjaga.

Langkah 4: Menanam Tanaman Sumber Nitrogen

Tahap selanjutnya adalah menanam tanaman sumber nitrogen di sepanjang garis lintasan. Kamu perlu membuat dua alur tanam di setiap lintasan dengan jarak sekitar 0,5 meter.

Alur-alur ini nantinya akan membentuk lintasan yang disebut gang. Tanaman sumber nitrogen ditanam di alur tersebut, kemudian ditutup dengan tanah.

Salah satu pilihan terbaik untuk tanaman ini adalah leguminosa, yaitu jenis tanaman yang mampu menambah kesuburan tanah. Tanaman leguminosa punya kemampuan luar biasa untuk tumbuh di lahan tandus atau kering, seperti di perbatasan aliran sungai atau lahan gundul di lereng bukit.

Selain itu, daun-daun yang jatuh dari tanaman ini secara alami akan memperkaya kandungan organik tanah.

Beberapa contoh tanaman leguminosa yang cocok untuk metode SALT adalah:

  • Flemingia macrophylla
  • Desmodium rensonii
  • Gliricidia sepium
  • Calliandra calothyrsus

Selain itu, kamu juga bisa mempertimbangkan tanaman seperti Indigofera tysmane, Leucaena luecocephala, dan Leucaena diversifolia. Yang paling penting, pilih jenis tanaman yang cocok dengan iklim dan kondisi tanah di lokasi kamu.

Langkah 5: Mengolah Lahan Alternatif Gang

Jika kamu ingin mulai menanam sebelum tanaman leguminosa tumbuh dengan sempurna, ada teknik yang disebut pengolahan lahan alternatif gang. Caranya adalah mengolah gang secara bergantian, misalnya hanya gang ke-2, ke-4, ke-6, dan seterusnya.

Gang yang tak diolah akan tetap menahan tanah agar erosi bisa diminimalkan. Setelah tanaman leguminosa tumbuh dengan baik dan akar-akarnya sudah kuat, biasanya dalam beberapa bulan, kamu bisa mulai menanam di semua gang.

Langkah 6: Menanam Tanaman Permanen

Pada setiap gang ke-3, kamu bisa mulai menanam tanaman permanen. Tanaman ini ditanam bersamaan waktunya dengan tanaman sumber nitrogen.

Prosesnya sederhana, cukup gali tanah di titik-titik kosong di sepanjang gang, lalu tanam bibit tanaman permanen.

Tanaman permanen umumnya baru bisa diolah secara maksimal setelah tanaman leguminosa berumur sekitar 8 bulan atau mencapai tinggi 1 meter. Contoh tanaman permanen yang bisa kamu pilih adalah:

  • Durian
  • Rambutan
  • Manggis
  • Duku
  • Pisang
  • Kopi

Dan juga, penting untuk memperhatikan posisi tanaman berdasarkan ketinggiannya..

  • Tanaman yang tinggi seperti durian atau rambutan sebaiknya ditanam di bagian lereng bawah.
  • Tanaman yang lebih pendek seperti duku atau kopi bisa ditempatkan di lereng bagian atas.

Dengan penempatan yang tepat, hasil panen akan lebih optimal, dan lahan tetap seimbang.

Langkah 7: Menanam Tanaman Berumur Pendek dan Sedang

Sambil nunggu tanaman permanen tumbuh besar dan menghasilkan, kamu bisa menanam tanaman berumur pendek atau sedang di antara gang atau di antara tanaman permanen. Tanaman jenis ini sangat berguna sebagai sumber makanan sehari-hari atau bahkan sumber pendapatan tambahan.

Beberapa contoh tanaman berumur pendek dan sedang yang cocok ditanam di lahan miring diantaranya:

  • Nanas
  • Jahe
  • Kunyit
  • Kacang kedelai
  • Kacang tanah
  • Melon
  • Semangka
  • Jagung
  • Padi

Perhatikan juga jarak tanamnya ya, tanaman yang lebih pendek sebaiknya ditanam agak jauh dari tanaman tinggi supaya tak terhalang tajuk daunnya. Dengan cara ini, semua tanaman bisa tumbuh maksimal tanpa saling bersaing mendapatkan cahaya matahari.

Langkah 8: Merapikan Tanaman Sumber Nitrogen Secara Rutin

Setidaknya sekali dalam sebulan, pangkas tanaman sumber nitrogen dengan tinggi sekitar 1–1,5 meter dari permukaan tanah. Pemangkasan ini gak cuma bikin tanaman terlihat rapi, tapi juga punya banyak manfaat penting buat lahan dan tanaman lainnya.

Potongan daun dan tangkai dari tanaman nitrogen yang dipangkas sebaiknya dibiarkan di atas permukaan tanah, terutama di sekitar tanaman produksi. Potongan-potongan ini berfungsi seperti karpet alami yang melindungi tanah dari hantaman air hujan langsung.

Dengan cara ini, erosi tanah bisa dicegah, sekaligus menambah kandungan organik tanah.

Potongan tanaman ini juga bertindak sebagai pupuk organik alami yang sangat bagus untuk tanaman permanen maupun tanaman berumur pendek. Selain itu, penggunaan pupuk organik dari tanaman nitrogen ini secara otomatis bisa mengurangi kebutuhan kamu akan pupuk kimia komersial.

Langkah 9: Menerapkan Rotasi Tanaman

Untuk menjaga kesuburan tanah dan memutus rantai hama, lakukan rotasi tanaman secara teratur. Sistem ini gak cuma bikin tanah tetap sehat, tapi juga mengoptimalkan hasil panen dari lahan miring.

Rotasi tanaman bisa dilakukan dengan cara berikut..

  1. Tanam serealia seperti jagung atau padi. Tanaman ini bisa mengembalikan struktur tanah yang sudah mulai renggang.
  2. Ganti dengan tanaman akar seperti ubi, kentang, wortel, atau ubi rambat. Tanaman akar ini akan membantu menggali nutrisi di lapisan tanah yang lebih dalam.
  3. Tanam kacang-kacangan seperti kacang tanah, kacang panjang, buncis, atau kedelai. Tanaman ini mampu memperbaiki kesuburan tanah karena akarnya bisa mengikat nitrogen dari udara.
  4. Lanjutkan dengan tanaman buah seperti cabai, melon, semangka, timun, atau terung.

Dengan pola rotasi kaya’ gini, siklus kesuburan tanah akan terus terjaga. Selain itu, hama yang biasanya menyerang tanaman tertentu gak sempet berkembang biak karena pola tanam yang terus berubah.

Langkah 10: Membangun Teras Hijauan

Langkah terakhir dalam metode SALT adalah membangun teras hijauan untuk mencegah erosi sekaligus mempercantik lahan. Bukan cuma soal estetika lho, tapi juga soal keberlanjutan lahan kamu.

Caranya adalah dengan memastikan tanaman pagar tetap tumbuh lebat dan sehat. Tanaman pagar seperti leguminosa ini tak hanya menjadi pelindung alami lahan dari erosi, tetapi juga menghasilkan daun dan ranting yang bisa dijadikan pupuk hijau.

Di sekitar tanaman pagar, kamu mungkin akan melihat jerami, ranting, daun-daun kering, bahkan batu-batu kecil. Jangan kamu bersihin semuanya ya.

Bahan-bahan alami ini sebenarnya membantu menjaga kelembaban tanah dan memperkaya kandungan organiknya. Kalau dirawat dengan baik, tanaman pagar ini gak cuma melindungi, tapi juga membuat lahan terlihat hijau, subur, dan rapi.

Hasil akhirnya? Selain produktif, lahan kamu akan terasa seperti taman alami yang indah dipandang mata.

Penutup

Dengan menyelesaikan semua langkah di atas, kamu udah berhasil menerapkan metode SALT (Sloping Agriculture Land Technology) secara maksimal. Gak cuma melestarikan lingkungan, metode ini juga memberikan hasil pertanian yang berlimpah dan berkelanjutan.

Dari pemangkasan tanaman nitrogen, rotasi tanaman, hingga membangun teras hijauan, semua langkah ini saling mendukung untuk menciptakan lahan miring yang produktif dan ramah lingkungan.