Kalau ngomongin soal budidaya tanaman, sebenarnya kita lagi ngomongin sebuah rangkaian proses panjang yang nggak bisa dilakukan asal-asalan. Dari mulai pemilihan benih sampai nanti panen, setiap tahap punya peran penting yang saling berkaitan. Nah, salah satu hal yang paling mendasar tapi justru sering disepelekan adalah soal menghitung kebutuhan benih. Kenapa? Karena kalau salah hitung, dampaknya bisa ke mana-mana: bisa-bisa lahan jadi kosong di beberapa titik karena benih kurang, atau malah sebaliknya, benih terlalu banyak sampai akhirnya mubazir.
Makanya, sebelum turun ke lahan, petani biasanya sudah bikin perhitungan matang dulu. Nggak cuma soal berapa kilo benih yang harus disiapkan, tapi juga mempertimbangkan faktor-faktor pendukung lainnya seperti luas lahan, jarak tanam, sampai daya tumbuh benih itu sendiri. Semua ini harus dikalkulasi biar hasil panen sesuai harapan dan tentunya lebih hemat biaya produksi.
Nah, teman-teman, biar lebih jelas, yuk kita bahas satu per satu komponen penting dalam budidaya tanaman yang berkaitan langsung dengan cara menghitung kebutuhan benih.
Komponen Budidaya Tanaman
1. Benih
Layaknya sebuah bangunan, jika tanaman adalah bangungan, maka benih adalah fondasinya. Dari benih lah tanaman memulai semua proses tumbuh kembangnya.
Sederhananya, benih itu ya biji yang nantinya ditanam untuk tumbuh jadi bibit, lalu menjadi tanaman dewasa yang hasilnya dipanen.
Para ahli mendefinisikan benih sebagai hasil perkembangbiakan secara generatif (berasal dari biji yang terbentuk setelah proses penyerbukan dan pembuahan). Meski ada juga benih yang dihasilkan dari proses vegetatif, misalnya stek, cangkok, atau kultur jaringan.
Di kalangan petani, istilah benih digunakan untuk menyebut bahan awal tanam yang nantinya akan dirawat sampai jadi tanaman produktif.
Dalam perhitungan kebutuhan benih, hal yang paling krusial adalah informasi tentang berat 1000 butir benih. Karena data tersebut digunakan untuk memperkirakan berapa jumlah benih yang ada di tiap kemasan dan berapa banyak yang dibutuhkan untuk memenuhi populasi tanaman di suatu lahan.
Misal kemasan benih mentimun seberat 25 gram dengan isi 800 butir, kamu bisa menghitung berat 1000 butir benih dengan cara perbandingan sederhana..

Berarti, 1000 butir benih mentimun kira-kira beratnya 31,25 gram, hasil ini bisa jadi patokan untuk memperkirakan kebutuhan benih dalam skala luas.
Kalau kebetulan gak ada timbangan buat ngukur, ya cara praktisnya dengan informasi jumlah benih dalam kemasan yang biasanya telah dicantumkan oleh produsen. Tapi kalau di kemasan pun gak ada keterangannya, ya mau gak mau harus ngehitung manual.
2. Luas Lahan
Komponen berikutnya yang harus diperhatikan adalah berapa luas lahannya. Tanaman kan ditanam di atas bidang tertentu, jadi ya logis aja kalau luas lahan akan memengaruhi jumlah benih yang dibutuhkan.
Misal lahan yang luasnya cuman 100 m² tentu gak bisa disamakan dengan lahan seluas 1 hektar. Terlebih, ukuran lahan kadang ditentukan dengan satuan lokal yang berbeda-beda di tiap daerah.
Ada yang makai istilah “bata”, “ubin”, dan juga “ru”, untuk memudahkan, ukuran sebaiknya dikonversi dulu ke satuan standar, yaitu meter persegi (m²).
Dengan menggunakan satuan standar, perhitungan populasi tanaman jadi lebih jelas. Dari luas lahan inilah nantinya bisa membagi sesuai jarak tanam, sehingga ketahuan berapa banyak lubang tanam dan berapa jumlah benih yang harus disiapkan.
3. Jarak Tanam
Secara pengertian, jarak tanam adalah ukuran ruang antara satu tanaman dengan tanaman lainnya, baik yang ada dalam satu baris maupun antarbaris. Dengan tujuan untuk mengatur kepadatan tanaman dalam lahan.
Kalau jarak tanam terlalu rapat, penanaman memang bisa banyak, tapi risiko serangan penyakit pun meningkat. Dikarenakan kelembapan di sekitar tanaman tinggi dan sirkulasi udara jadi gak lancar.
Sebaliknya, kalau jarak tanam terlalu renggang, tanaman memang lebih sehat, tapi jumlah populasinya jadi lebih sedikit, produktivitasnya pun menurun. Jadi ya cara mengatasinya tentu dengan menentukan jarak tanam yang ideal sesuai varietas.
Kasus nyata, petani jagung yang di musim lalu butuh 15 kg benih untuk lahan 1 hektar. Di musim berikutnya dengan jarak tanam berbeda, kebutuhan benihnya melonjak sampai 20 kg, terlihat kan betapa pentingnya pengaturan jarak tanam yang tepat.
Jarak tanam pun berlaku tak hanya untuk lahan terbuka, tapi juga kalau nanamnya di wadah seperti polybag. Intinya sama, perlunya jarak tanam yang pas agar populasi tanaman bisa dihitung dengan jelas, sekaligus mempermudah kegiatan pemeliharaan seperti penyiangan, penyiraman, dan pemupukan.
4. Daya Tumbuh
Komponen terakhir yang tak kalah penting adalah daya tumbuh benihnya. Daya tumbuh biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase (%) dan sudah tercantum di label kemasan benih.
Misal kalau daya tumbuh benih tertulis 85%, berarti dari 100 butir benih yang ditanam, kira-kira 85 butir bisa tumbuh jadi bibit sehat, sementara sisanya mungkin gagal tumbuh.
Informasi ini tentu berpengaruh dalam perhitungan kebutuhan benih. Karena dengan mengetahui daya tumbuh, kamu bisa menambah cadangan benih untuk penyulaman.
Semisal nanti ada tanaman yang mati atau gagal tumbuh, kamu pun sudah siap stok benih cadangan untuk menggantinya.
Selain itu, daya tumbuh pun jadi indikator kualitas benih yang dipakai. Semakin tinggi persentasenya, makin besar pula peluang tanaman bisa tumbuh seragam dengan hasil yang optimal.
Cara Menghitung Kebutuhan Benih
Untuk cara perhitungan kebutuhan benih, ada banyak cara berbeda yang digunakan oleh para petani. Cara lama yang masih dipraktikkan petani tradisional adalah dengan menghitung jumlah lubang tanam satu per satu di seluruh lahan.
Cara ini memang hasilnya akurat, karena benar-benar sesuai dengan kondisi lapangan. Namun masalahnya, cara tersebut hanya cocok kalau lahan yang ditanami relatif kecil.
Kalau luas lahannya sudah berhektar-hektar, masa iya harus menghitung ribuan bahkan jutaan lubang tanam satu per satu? Jadi, meski cara lama memang jitu, ada kekurangannya untuk menghitung skala lahan yang besar.
Karena itu, cara yang admin bagikan bisa dibilang lebih efisien dan tetap akurat untuk memperkirakan jumlah benih atau populasi tanaman yang bisa ditanam di suatu lahan.
Sebelum mulai, siapkan dulu kertas, pensil, dan kalau ada kalkulator/hp untuk menghitung.
Contoh Perhitungan di Lahan 1000 m²
Untuk memudahkan, admin ambil contoh kasus semisal lahan seluas 1000 m² yang mau ditanami dengan sistem tertentu.
Keterangan:
- Jarak tanam: 50 × 60 cm
- Lebar bedengan: 1 meter dengan sistem double rows (dua baris tanaman per bedengan)
- Lebar parit/got: 0,5 meter
- Jadi total lebar bedengan + parit = 1,5 meter (150 cm)
Langkah 1: Menghitung Jumlah Bedengan
Pertama-tama, ketahui dulu berapa banyak bedengan yang bisa dibuat dalam lahan tersebut. Rumusnya panjang lahan dibagi dengan lebar total bedengan + parit.

Artinya, dalam lahan ini bisa dibuat sekitar 13 bedengan penuh, dengan sedikit sisa area.
Langkah 2: Menghitung Jumlah Tanaman per Bedengan
Setelah tahu jumlah bedengan, selanjutnya hitung berapa banyak tanaman yang bisa ditanam di setiap bedengan. Caranya, panjang bedengan dibagi jarak tanam, lalu dikalikan 2 (karena sistem yang dipakai adalah double rows).
![]()
Jadi, di setiap satu bedengan bisa menampung sekitar 200 tanaman.
Langkah 3: Menghitung Total Populasi Tanaman
Langkah terakhir adalah mengalikan jumlah bedengan dengan jumlah tanaman per bedengan.
![]()
Dari hasil perhitungan diatas, populasi tanaman yang bisa ditanam di lahan 1000 m² adalah sekitar 2666 tanaman. Jumlah ini sudah termasuk hasil optimal sesuai pengaturan jarak tanam dan sistem bedengan yang digunakan.
Faktor-Faktor Tambahan yang Perlu Dipertimbangkan
Meskipun hasil perhitungan di atas terlihat jelas, kenyataan di lapangan sering kali ada faktor lain yang memengaruhi kebutuhan benih, seperti misal..
- Daya tumbuh benih – tak semua benih bisa tumbuh seratus persen. Kalau daya tumbuhnya 90%, maka jumlah benih yang disiapkan harus lebih banyak daripada hasil perhitungan populasi.
- Kondisi lahan – tanah yang kurang subur atau terlalu kering biasanya perlu cadangan benih ekstra karena tingkat kegagalan tumbuh lebih tinggi.
- Sistem budidaya – kalau menggunakan polybag atau sistem hidroponik, perhitungannya bisa berbeda dari lahan terbuka.
- Varietas tanaman – setiap varietas kebutuhan jarak tanam dan potensi hasilnya berbeda, jadi ya jangan disamakan tanaman A dengan yang lain.
Penutup
Menghitung kebutuhan benih layaknya menyusun strategi sebelum berangkat perang. Kalau perhitungannya tepat, semua proses budidaya akan lebih lancar dan hasil panen pun bisa maksimal.
Kalau ada erornya pun, dari perhitungan yang didapat, tentu kamu sudah siap dengan opsi penanganannya. Semoga apa yang admin sampaikan kali ini, bisa membantu temen-temen yang masih awam dalam menghitung kebutuhan benih ya.