Kalau ngomongin soal pertanian, apalagi yang berhubungan dengan tanaman pangan dan hortikultura, pasti nggak bisa lepas dari yang namanya hama. Petani mana sih yang nggak pernah dibuat pusing gara-gara tanaman yang sudah dirawat baik-baik, tiba-tiba rusak diserang ulat, wereng, atau serangga lainnya?
Nah, disinilah pentingnya kita paham tentang konsep ambang batas pengendalian hama.
Konsep ini sebenarnya bukan hal baru, tapi sering kali masih dilupakan. Banyak petani yang begitu melihat hama langsung buru-buru semprot pestisida tanpa tahu seberapa parah tingkat serangannya.
Padahal, kalau hama masih sedikit dan belum melewati ambang batas, tanaman masih bisa bertahan kok. Dengan kata lain, nggak semua hama harus langsung dibasmi habis-habisan.
Kenapa hal ini penting? Karena penggunaan pestisida yang berlebihan justru bisa bikin masalah baru. Hama bisa jadi kebal, musuh alami malah mati, bahkan lingkungan sekitar ikut tercemar.
Akhirnya, bukannya panen jadi melimpah, malah kerugian yang datang. Jadi, mengenal dan menerapkan nilai ambang batas pengendalian hama itu ibarat punya alarm pengingat: kapan harus tenang, kapan harus waspada, dan kapan harus bertindak.
Apa Itu Ambang Batas Pengendalian Hama?
Kalau admin jelaskan dengan bahasa sederhana, ambang batas pengendalian hama adalah ukuran tertentu, bisa berupa jumlah populasi hama, tingkat kerusakan, atau intensitas serangan yang dianggap masih bisa ditoleransi. Selama hama masih di bawah ambang batas ini, tanaman umumnya masih bisa tumbuh dengan normal tanpa menyebabkan kerugian ekonomi yang berarti.
Misal kalau kita digigit satu atau dua nyamuk, mungkin cuma gatal sebentar yak. Tapi kalau nyamuknya udah kelewat banyak, ya jelas kamu perlu beli obat nyamuk untuk mengusirnya kan.
Konsep ambang batas ini juga sejalan dengan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Tujuannya bukan untuk menghilangkan hama sampai nol persen (karena hampir mustahil), tapi lebih ke menjaga populasi mereka tetap terkendali dan tidak merugikan secara ekonomi.
Jadi, keberadaan hama masih bisa ditoleransi asal jumlahnya tak melewati ambang batas. Dengan begitu, ekosistem tetap seimbang, musuh alami tetap hidup, dan lingkungannya lebih aman.
Nilai Ambang Batas Pengendalian Hama pada Tanaman Pangan dan Hortikultura

Oke nilai ambang batas hama yang admin bagikan kali ini untuk dua jenis tanaman, yaitu tanaman pangan dan tanaman hortikultura. Dan yang akan admin uraikan pertama adalah untuk tanaman pangan dibawah ini..
a. Nilai Ambang Batas pengendalian Hama Tanaman Pangan
| No | Tanaman | Hama | Nilai Ambang Pengendalian |
| 1. | Padi | Penggerek Batang | a. 1 kelompok telur /m² pada stadium vegetatif dipetak sampel b. 5-10% tunas mati (sundep) c. 2 ekor ngengat /m² d. 5 massa telur/100 m² pada pesemaian |
| Wereng Hijau | a. 10 ekor serangga dewasa per-empat kali ayunan jaring dipetak sampel b. 2 ekor serangga dewasa per satu kali ayunan jaring di petak sampel | ||
| Wereng Coklat | a. 1 ekor imago / tunas di petak sampel b. 10 ekor nimfa / rumpun c. 5 ekor imago / rumput pada stadium generatif | ||
| Kepinding tanah (Scotinophora spp) | 12 ekor / rumpun | ||
| Walang Sangit | 2 ekor / m² pada stadium matang susu di petak sampel | ||
| Ganjur | 1 puru / rumpun pada umur 40 hst di petak sampel | ||
| Ulat grayak | 2 ekor / m² di petak sampel | ||
| Tikus | 5 % tanaman sampel muda (sebelum buntung) terpotong | ||
| 2. | Jagung | Penggerek tongkol | 3 tongkol rusak / 50 tanaman sampel pada saat baru ter bentuk |
| Penggerek batang | 1 kelompok telur / 30 tanaman | ||
| Hama bubuk | 3 ekor / kg biji | ||
| 3. | Kedelai | Lalat Kacang | 1 % intensitas serangan pada stadium vegetatif |
| Penggerek polong | 2 % Intensitas serangan | ||
| Perusak daun | 12,5 % intensitas serangan pada stadium generatif | ||
| 4. | Kacang Tanah | Kepik Hijau | 3 ekor / 5 tanaman sampel pada umur 45 hari |
| Perusak daun | 12,5 % Intensitas serangan pada stadium generatif |
b. Nilai Ambang Batas pengendalian Hama Tanaman Hortikultura
Selanjutnya, untuk nilai ambang batas hama untuk tanaman hortikultura bisa teman-teman simak tabelnya dibawah ini..
| No | Tanaman | Hama | Nilai Ambang Pengendalian |
| 1. | Cabai (Solanaceae) | Trips (Thrips sp) | 10 nimfa per daun |
| Kutu daun persik (Myzus persicae) | 0,7 ekor per daun | ||
| Tungau (Tetranychus sp) | Intensitas serangan 5% | ||
| Ulat grayak (Spodoptera litura) | Intensitas serangan 12,5% | ||
| Ulat buah (Helicoverpa armigera) | 1 larva per sampel tanaman | ||
| Penggorok daun (Liriomyza) | Intensitas serangan 10% | ||
| 2. | Timun (Cucurbitaceae) | Trips (Thrips sp) | 10 nimfa per daun |
| Kutu daun persik (Myzus persicae) | 0,7 ekor per daun | ||
| Tungau (Tetranychus sp) | Intensitas serangan 5% | ||
| Oteng-oteng (Epilachna sparsa) | Intensitas serangan 5% | ||
| Penggorok daun (Liriomyza) | Intensitas serangan 10% | ||
| Ulat grayak (Spodoptera litura) | Intensitas serangan 12,5% |
Pentingnya Pemantauan Rutin
Dari tabel ambang batas diatas, setelah tau, otomatis kamu perlu rajin- rajin memantau di lapangan. Bagi petani, kegiatan ini layaknya check-up rutin buat tanaman.
Minimal seminggu sekali, lahan harus dicek, apakah ada gejala serangan hama? Berapa banyak populasinya? Apakah sudah melewati ambang batas atau masih belum?
Dengan pemantauan rutin, petani bisa tahu kondisi tanamannya secara langsung. Semisal kalau ternyata serangannya masih kecil, tak perlu langsung menggunakan pestisida.
Tapi kalau telah melewati ambang batas, barulah diperlukan adanya tindakan pengendalian. Cara ini jelas lebih menghemat biaya, lebih ramah lingkungan, dan tentunya lebih efektif.
Selain itu, pemantauan rutin juga membantu para petani mengenali pola serangan hama. Karena ada hama yang biasanya muncul di musim tertentu, ada pula yang aktifnya di fase pertumbuhan tertentu.
Dengan catatan pengamatan yang baik, petani bisa lebih siap menghadapi potensi serangan berikutnya.
Prinsip Bijak dalam Penggunaan Pestisida
Walaupun pestisida masih sering digunakan sebagai senjata pamungkas, cara penggunaannya tentu gak bisa sembarangan. Dalam penggunaannya, sebaiknya selalu mengikuti prinsip bijak, diantaranya..
- Tepat Jenis
Jangan asal milih pestisida, sesuaikan dengan jenis hama yang benar-benar jadi sasaran. Kalau salah, bisa-bisa hama tetap hidup tapi organisme lainnya yang malah mati. - Tepat Dosis
Gak boleh mikir semakin banyak semakin manjur, justru dosis berlebihanlah yang membuat tanaman keracunan dan hamanya malah makin kebal. Ikuti saja aturan yang dianjurkan di label. - Tepat Waktu
Penyemprotan sebaiknya dilakukan saat hama benar-benar sudah melewati ambang batas. Kalau masih sedikit, lebih baik ditunggu dulu serta memanfaatkan musuh alaminya. - Tepat Cara
Teknik penyemprotan pun juga perlu diperhatikan dimana penyemprotannya harus merata, jangan hanya di satu sisi daun. Dan sebaiknya dilakukan di waktu yang tepat, misal di pagi atau sore hari.
Dengan menerapkan prinsip ini, pestisida bisa tetap bermanfaat tanpa menimbulkan efek samping yang malah merugikan.
Penutup
Jadi, memahami nilai ambang batas pengendalian hama bukanlah sekadar teori, tapi merupakan bekal penting bagi setiap petani.
Tanaman pangan dan hortikultura memang rentan terhadap serangan hama, tapi bukan berarti semua hama bisa dipukul rata. Selama populasinya masih di bawah ambang batas, biarkan ekosistem bekerja secara alami.
Kalau sudah kelewatan, barulah pengendalian dilakukan, termasuk dengan pestisida, itupun tetap dengan cara yang bijak. Dengan cara ini, petani bisa mendapat hasil panen yang lebih stabil, biaya produksi lebih efisien, dan yang terpenting lingkungannya tetap terjaga.